Menjadi PNS terlihat menyenangkan. Betapa tidak, setelah diterima menjadi PNS masa depan cerah di depan mata. Dengan bekerja santai santai saja gaji bulanan tak pernah terlambat, apalagi jika mau kerja keras sedikit sabetan kiri kanan akan menjadi tambahan penghasilan. Jika umur lelah uzur masa pensiunan tiba gaji pun masih diterima.
Khusus untuk PNS guru juga tidak kalah menariknya, dengan disyahkannya Undang undang khusus untuk guru ini profesi yang dulu dipandang sebelah mata kini menjadi rebutan orang. Saat ini untuk memasuki sekolah guru khususnya Guru SD saja sulitnya bukan main, selain jumlah pendaftarnya yang melonjak tinggi, uang kompensasinya tak kalah besarnya.
Karena mempunyai beberapa keunggulan itulah kini PNS menjadi profesi rebutan banyak orang. Sehingga tidaklah mengherankan jika Pendaftaran PNS dibuka jumlah pendaftarnya lumayan banyak sehingga cukup merepotkan panitia. Untuk menghindari terjadinya kekacauan dalam pendaftaran tersebut, beberapa waktu ini sistem pendaftaran PNS diubah dari pendaftaran secara langsung menjadi lewat Pos. Selain mengurangi resiko yang timbul akibat terkonsentrasinya orang pada suatu tempat, juga merupakan lahan menambah pemasukan bagi Pos dan giro dari penjualan amplop dan perangko.
Magnet PNS ini merupakan kekuatan yang cukup besar dibandingkan profesi lainnya, sehingga tak jarang moment ini dipergunakan orang untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Contoh kasus yang dialami oleh tetangga saya sebut saja Namanya Pak A. Pak A ini statusnya Guru PNS istrinya pun sama dan beliau ini mempunyai seorang anak yang baru lulus SMA. Setamat SMA putra pak A ini beberapa kali mendaftar menjadi tentara, namun nasib kurang beruntung tiga kali mendaftar gagal terus. Melihat kondisi ini anak maupun orang tua galau memikirkan hal tersebut. Di tengah kegalauan itu datanglah seseorang yang dengan meyakinkan menawari lowongan PNS di instansi depag dengan embel-embel harus membayar sejumlah uang tidak kurang dari 50 Juta. Karena tertarik dan cukup meyakinkan penjelasan siempunya lowongan tersebut, pak A memberi DP dulu dan nanti jika SK nya turun uang tersebut akan dilunasi.
Dua bulan kemudian seseorang tersebut datang lagi ke rumah Pak A dengan menunjukkan Copy SK pengangkatan anaknya, mengapa copynya saja? Dijawab SK aslinya masih di Jakarta untuk mengurus penempatan. Melihat copy SK anaknya dan juga penjelasan dari tamunya tersebut Pak A lalu menyerahkan sejumlah uang untuk menggenapi kekurangan sejumlah Rp 50 juta tersebut.
Kepada teman-temannya satu kantor Pak A menunjukkan copy SK pengangkatan anaknya tersebut, seraya menawarkan beberapa lowongan kepada teman-temannya seperti yang dikatakan tamunya tempo hari. Bu S teman pak A yang juga mempunyai anak yang masih kuliah ini juga tertarik tawaran tersebut dan berniat akan menyerahkan sejumlah uang untuk DP. Sebelum menyerahkan uang DP tersebut Pak Z suami Bu S sharing pada saya menceritakan kisah pak A dan ketertarikannya pada cerita Pak A. Ketika dimintai pendapat meskipun saya tidak PNS namun ayah dan dua saudara saya juga PNS, tidak pernah mengalami seperti cerita pak A yaitu jual beli SK PNS dan SK PNS nya benar-benar lewat tes. Namun bila Pak Z tertarik saya sarankan untuk mengecek kebenaran SK tersebut ke instansi terkait yaitu Depag atau BKD setempat.
Entah karena malu atau pekewuh saran saya tersebut tidak dijalankan, namun dia langsung menemui seseorang yang menjanjikan pengangkatan PNS itu di Semarang, berbekal alamat yang diberikan pak A. Setelah beberapa kali ganti angkot pak Z akhirnya sampai di rumahnya, namun si empunya rumah tidak ada yang ada hanya pembantunya dan disuruh tunggu nanti sore.
Saat menunggu, Pak Z bertemu seseorang yang juga ingin ketemu si empunya rumah. Mereka pun terlibat pembicaraan. ternyata, tamu yang datang belakangan itu hendak menemui si empunya rumah dalam rangka menagih janji pengangkatan PNS setelah dia memberikan uang sejak dua tahun lalu. Mendengar hal tersebut pak Z kaget dan juga turut prihatin atas peristiwa yang menimpa bapak itu. Karena terlalu lama menunggu pak Z akhirnya pulang dengan rasa syukur yang besar karena tidak jadi memberikan DP untuk SK anaknya tersebut.
Pagi harinya pak Z bertemu saya, sekaligus berterima kasih atas saran yang saya berikan. Baginya, itu sebuah pelajaran yang harus dipetik bahwa prestasi itu harus diraih dengan kerja keras. Selain itu pula kalau bisa sedapatnya kita tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh negara maupun agama.
Bagaimana dengan pak A yang sudah terlanjur menyerahkan Rp 50 juta? Pak Z tidak mau melukai hati pak A, meskipun ia telah mendapatkan jawaban dari hasil investigasinya, namun hasil dari investigasinya tersebut dia simpan untuk dirinya sendiri. Ketika ditanya mengapa tidak jadi memberi DP pak Z beralasan tanahnya dijual belum laku.
Melihat kenyataan di atas saya menjadi heran mengapa mereka yang PNS masih percaya pada calo-calo yang menawarkan lowongan pekerjaan dengan imbalan sejumlah uang. Apakah tidak ada pekerjaan lain selain PNS untuk anak-anaknya? Kalaupun ingin menjadi PNS tentunya harus lewat jalan yang benar, bukan jalan pintas tersebut.
Mungkin kasus semacam ini tidak hanya dialami oleh tetangga dan teman saya ini, namun sudah berpuluh-puluh orang yang mengalaminya, namun kebanyakan mereka tidak berani atau malu melaporkan kasus tersebut pada polisi. Sehingga jika musim perekrutan PNS tiba kasus ini terulang lagi. Mudah-mudahan ini yang terakhir kalinya. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar